Banner 728x90px

Bagaimana Meningkatkan Derajat Literasi di Indonesia?


Total Kunjungan Anda:

Literasi adalah kemampuan untuk memahami, menggunakan, mengevaluasi, dan menciptakan informasi dalam berbagai bentuk, baik lisan, tulisan, maupun visual. Literasi penting untuk meningkatkan kualitas hidup, kesejahteraan, dan partisipasi sosial masyarakat. Namun, tingkat literasi di Indonesia masih tergolong rendah dibandingkan dengan negara-negara lain.

Literasi
Literasi

Berdasarkan survei yang dilakukan Program for International Student Assessment (PISA) yang dirilis Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) pada 2018 hasil di 2019, Indonesia menempati peringkat ke-62 dari 70 negara, atau merupakan 10 negara terbawah yang memiliki tingkat literasi rendah. Survei ini mengukur kemampuan siswa berusia 15 tahun dalam bidang membaca, matematika, dan sains.

PISA, yang seharusnya dilakukan tiap 3 tahun, direncanakan untuk dilaksanakan pada tahun 2021. Namun, karena pandemi yang melanda negara-negara, pelaksanaannya ditunda hingga tahun 2022 dan hasilnya akan dirilis pada tahun 2023, setahun setelahnya. Saya yakin hasil PISA tahun 2023 tidak akan sangat berbeda atau bahkan boom mengalami penurunan.

Penyebab rendahnya tingkat literasi di Indonesia antara lain adalah kurangnya akses, minat, dan kebiasaan membaca masyarakat. Menurut data dari Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas), rasio nasional jumlah bahan bacaan dengan jumlah penduduk Indonesia adalah 0,09. Artinya, satu buku ditunggu oleh 90 orang setiap tahun. Padahal, standar UNESCO minimal adalah tiga buku baru untuk setiap orang setiap tahun.

Menurut hasil PISA 2018, Cina menduduki peringkat pertama dengan skor rata-rata 1.736, diikuti oleh Singapura dengan skor 1.598, dan Estonia dengan skor 1.534. Indonesia berada di peringkat ke-72 dengan skor rata-rata 1.030. Ini menunjukkan bahwa ada perbedaan besar antara kualitas pendidikan di Cina dan Indonesia.

Pendidikan di Singapura adalah salah satu yang terbaik di dunia, menurut hasil Program Penilaian Siswa Internasional (PISA) yang dilakukan oleh Organisasi untuk Kerjasama dan Pembangunan Ekonomi (OECD). Menurut hasil PISA 2018, Singapura menduduki peringkat kedua dengan skor rata-rata 1.598, hanya kalah dari Cina yang memiliki skor rata-rata 1.7361. Singapura juga memiliki pengeluaran per kapita tertinggi untuk pendidikan di Asia, yaitu sekitar 3% dari PDB. Singapura sangat memperhatikan kualitas dan aksesibilitas pendidikannya bagi seluruh rakyatnya.

Negara-negara Barat lainnya, seperti Kanada, Finlandia, Irlandia, dan Jerman, juga memiliki skor PISA yang tinggi dan menunjukkan kinerja yang baik dalam aspek-aspek lain seperti kesejahteraan siswa, kesetaraan pendidikan, dan kreativitas. Sistem pendidikan mereka lebih berfokus pada pemahaman konsep daripada hafalan fakta, dan memberikan ruang bagi siswa untuk bereksplorasi dan berkolaborasi.

Menurut hasil PISA 2018, Kanada menduduki peringkat keenam dengan skor rata-rata 1.523, di atas rata-rata OECD sebesar 1.4931. Kanada juga berada di antara tiga negara-negara yang memiliki pengeluaran per kapita terbesar untuk pendidikan umum pasca-sekolah menengah. Kanada sangat memperhatikan kualitas dan aksesibilitas pendidikannya bagi seluruh rakyatnya. Di Kanada, setiap provinsi dan teritori bertanggung jawab atas semua tingkatan pendidikan, termasuk universitas. Tidak ada akreditasi federal di Kanada. Hal ini berarti setiap provinsi dan teritori memiliki standar pendidikan yang ketat dan khusus untuk memastikan setiap institusi pendidikan memberikan kualitas terbaik.

Dari contoh negara negara terbaik di atas, seharusnya pemangku kebijakan bagaimana berupaya untuk menhadirkan inovasi dalam hal perbaikan literasi di Indonesia.

Saya mengambil contoh TOP 2 Negara pemegang PISA terbaik di dunia tentang bagaimana mereka berfokus pada pendidikan.

Bagaimana Pendidikan di Cina?

China memiliki skor PISA yang sangat tinggi, terutama dalam bidang matematika dan sains. Ada beberapa faktor yang berkontribusi terhadap kesuksesan China dalam PISA, antara lain:

Prioritas pendidikan yang tinggi. Pendidikan merupakan prioritas utama bagi pemerintah China. Pemerintah China berinvestasi besar dalam pendidikan, baik dari segi anggaran maupun sumber daya manusia.

Sistem pendidikan yang kompetitif. Sistem pendidikan di China sangat kompetitif. Siswa didorong untuk bekerja keras dan bersaing untuk mendapatkan hasil yang terbaik.

1. Peran guru yang penting.

Guru di China memiliki peran yang penting dalam pendidikan. Guru dituntut untuk memiliki kualifikasi yang tinggi dan berdedikasi untuk mengajar.

2. Prioritas pendidikan yang tinggi

Pemerintah China menganggap pendidikan sebagai kunci untuk pembangunan ekonomi dan sosial. Oleh karena itu, pendidikan menjadi prioritas utama dalam anggaran pemerintah. Pada tahun 2022, China mengalokasikan anggaran pendidikan sebesar 4,5% dari produk domestik bruto (PDB). Sedangkan Indonesia mengalokasikan 3.8% untuk anggaran pendidikan, yang berarti tidak begitu jauh berbeda dalam hal prosentase, yang berbeda hanyalah penyalurannya, kenapa hasilnya sangat berbeda jauh, hal ini sangat besarnya kemungkinan karena budaya koruptif yang sangat masif dalam dunia pendidikan.

3. Kurikulum yang terpusat

Kurikulum di China terpusat dan dikendalikan oleh pemerintah pusat. Kurikulum ini dirancang untuk memastikan bahwa semua siswa memiliki kesempatan yang sama untuk belajar dan berkembang. Kurikulum ini juga dirancang untuk mempersiapkan siswa untuk menghadapi tantangan dunia modern.

4. Sistem pendidikan yang kompetitif

Sistem pendidikan di China sangat kompetitif. Siswa didorong untuk bekerja keras dan bersaing untuk mendapatkan hasil yang terbaik. Persaingan ini mendorong siswa untuk belajar lebih giat dan meningkatkan kemampuan mereka.

5. Peran guru yang penting

Guru di China memiliki peran yang penting dalam pendidikan. Guru dituntut untuk memiliki kualifikasi yang tinggi dan berdedikasi untuk mengajar. Guru di China juga didorong untuk berinovasi dan mengembangkan metode pengajaran yang baru.

Bagaimana Pendidikan di Singapura?

PISA di Singapura menjadi yang terbaik karena adanya komitmen dan dukungan kuat dari pemerintah dan masyarakat untuk pendidikan. Pemerintah Singapura telah mengalokasikan anggaran yang besar untuk pendidikan, dan masyarakat Singapura sangat menghargai pendidikan.

Berikut adalah beberapa faktor yang berkontribusi terhadap keberhasilan PISA di Singapura:

1. Kualitas guru yang tinggi

Guru-guru di Singapura diseleksi dengan ketat melalui proses yang mencakup tes kualifikasi, wawancara, dan penilaian kinerja. Mereka juga dilatih secara intensif selama satu tahun sebelum mengajar di kelas. Pelatihan ini mencakup materi pedagogis, psikologis, dan konten.

2. Kurikulum yang berfokus pada keterampilan berpikir kritis dan pemecahan masalah

Kurikulum di Singapura dirancang untuk membekali siswa dengan keterampilan yang mereka butuhkan untuk sukses di dunia kerja. Kurikulum tersebut menekankan keterampilan berpikir kritis dan pemecahan masalah, serta keterampilan komunikasi dan kerja sama.

3. Evaluasi yang komprehensif

Siswa di Singapura dievaluasi secara berkala untuk memastikan bahwa mereka mencapai standar yang diharapkan. Evaluasi ini mencakup tes formal, penilaian kinerja, dan portofolio siswa.

4. Partisipasi orang tua

Orang tua di Singapura didorong untuk terlibat dalam pendidikan anak-anak mereka. Pemerintah Singapura menyediakan berbagai sumber daya untuk membantu orang tua mendukung pendidikan anak-anak mereka.

Berkat faktor-faktor tersebut, PISA di Singapura telah menunjukkan hasil yang sangat baik selama bertahun-tahun. Pada tahun 2022, Singapura menempati peringkat pertama di dunia dalam tes PISA untuk matematika, sains, dan literasi.

Dari dua negara tersebut kita bisa mengambil point point yang hilang dalam penerapan penedidikan di Indonesia, dari lemahnya peran pemerintah, lemahnya peran masyarakat dan orang tua serta kurangnya dukungan terhapap guru dan masih banyak lagi yang menjadi point penting yang seharusnya dapat diperhatikan lagi oleh pemangku kebijakan.

Untuk meningkatkan derajat literasi di Indonesia, diperlukan upaya bersama dari berbagai pihak, baik pemerintah, swasta, maupun masyarakat. Beberapa langkah yang bisa dilakukan adalah sebagai berikut:

  1. Meningkatkan ketersediaan dan keterjangkauan bahan bacaan yang berkualitas dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Hal ini bisa dilakukan dengan mengembangkan perpustakaan umum, sekolah, keliling, desa, digital, maupun komunitas di seluruh wilayah Indonesia. Selain itu, juga perlu mendukung industri penerbitan lokal yang dapat menghasilkan buku-buku yang relevan dengan konteks budaya dan geografis masing-masing daerah.
  2. Meningkatkan minat dan kebiasaan membaca masyarakat dengan mengadakan berbagai program dan kegiatan literasi yang menarik dan bermanfaat. Misalnya, gerakan literasi sekolah, baca bersama, festival buku, lomba baca tulis, diskusi buku, pelatihan literasi digital, dll. Program dan kegiatan ini harus melibatkan semua lapisan masyarakat, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa.
  3. Meningkatkan kemampuan dan keterampilan literasi masyarakat dengan memberikan bimbingan, fasilitasi, dan evaluasi yang berkala dan berkelanjutan. Hal ini bisa dilakukan dengan melatih guru, orang tua, relawan, pegiat literasi, dan tokoh masyarakat untuk menjadi fasilitator literasi yang kompeten dan profesional. Selain itu, juga perlu mengembangkan instrumen dan standar pengukuran literasi yang valid dan reliabel.

Dengan meningkatkan derajat literasi di Indonesia, diharapkan masyarakat Indonesia dapat menjadi lebih cerdas, kreatif, inovatif, produktif, dan sejahtera. Literasi adalah kunci untuk membuka pintu-pintu peluang dan potensi yang dimiliki oleh bangsa Indonesia. (Koor. Tim IT)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Web SMKMuhberbah.com menggunakan dofollow, untuk memberikan apresiasi sedikit backlink kepada yang mau sudi mampir dan berkomentar.
Namun kami tidak menerima komentar berupa spam sehingga kami memoderasi setiap komentar, dan akan kami menghapus selamanya setiap komentar dengan link hidup.
Terima kasih